Minggu, 23 Juni 2013

belajar suku kata

2. Metode Kupas-Rangkai Suku Kata. Berbeda dari metode abjad di atas, metode kupas-rangkai suku kata ini dimulai dengan pengenalan kata terlebih dahulu. Misalnya: mama. Kita perlu juga menjelaskan arti kata mama itu kepada siswa agar mereka mendapatkan makna dari apa yang dipelajari.
Kata mama kemudian dipisahkan menjadi dua suku kata yaitu ma dan ma (ma-ma). Masing-masing suku kata dikupas lagi menjadi huruf-huruf, sehingga siswa mengenal bahwa kata mama itu terdiri dari huruf m-a-m-a.
Mengingat empat huruf (yang sebetulnya hanya dua huruf) ini tentunya lebih mudah bagi siswa daripada langsung mengingat empat huruf misalnya madu (m-a-d-u). Jadi, mulai dari yang mudah dan dekat dengan kehidupan siswa, maka siswa akan lebih berhasil. Kegiatan selanjutnya adalah mengenalkan kata-kata yang lain, sehingga pada akhirnya siswa bisa membaca sebuah kalimat, misalnya: ini mama saya; itu bola budi, dan lain-lain.
Contoh kata-kata yang mudah sebagai pendahuluan
papa      pa-pa      p-a-p-a      pa-pa      papa
nana      na-na      n-a-n-a      na-na      nana
mata      ma-ta      m-a-t-a     ma-ta      mata
3. Metode Global. Menurut Teori Gestalt, suatu kesatuan lebih bermakna daripada bagian-bagian. Metode global dimulai dengan mengenalkan kalimat utuh kepada siswa. Contohnya: ibu makan nasi, disertai gambar, anak membaca tulisan tersebut, baru guru menjelaskan huruf-huruf yang dirangkai membentuk suku kata, kata, dan kalimat.
Kalimat-kalimat dipilihkan yang sederhana dan pendek-pendek dahulu, agar siswa tidak mengalami kesulitan.
4. Metode SAS — Struktural Analisa Sintesa. Metode SAS dilaksanakan dengan menggunakan kartu kalimat dan papan flanel. Mula-mula guru menunjukkan gambar kepada siswa (jika benda asli bisa dihadirkan tentunya lebih baik jika benda asli ditunjukkan terlebih dahulu).
Misalnya guru menunjukkan bola kepada siswa, kemudian berkata, ”Anak-anak, ini bola.” Suruh siswa mengulangi kata-kata guru. ”ini apa?” Siswa menjawab, ”ini bola.” Apabila siswa hanya menjawab bola saja, maka guru perlu membetulkan ucapan siswa, ”ini bola.” Guru menyuruh siswa menirukan kata-kata guru.
Kegiatan selanjutnya, guru menempelkan gambar bola di papan tulis. Di bawah gambar bola itu ditempelkan tulisan ini bola. Guru menunjukkan contoh membaca tulisan ini bola, dan siswa disuruh menirukan. Pastikan bahwa siswa seluruh kelas memperhatikan tulisan ketika mengucapkan kalimat ini bola. Gambar diambil, tulisan ini bola tetap tertempel di papan tulis. Guru menyuruh siswa membaca kembali tulisan ini bola tadi.
Kegiatan selanjutnya adalah menganalisis kalimat ini bola, menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. Setelah itu, huruf-huruf dikembalikan menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat (sintesa).
Berikut adalah contohnya: membaca kalimat, gambar tidak diperlihatkan.
ini bola
ini     bola
i    ni       bo   la
i   n   i       b   o   l   a
i    ni       bo la
ini    bola
ini bola

belajar mengenal abjad

1. Metode Abjad. Mula-mula guru memperkenalkan huruf (abjad) kepada siswa: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z. Selain yang dipasang di papan tulis, masing-masing huruf tadi juga perlu ditulis dalam sebuah kartu (satu huruf satu kartu). Guru memberikan contoh cara membaca huruf-huruf di atas, dan siswa menirukan. Mula-mula bersifat klasikal (seluruh kelas), kemudian dipecah-pecah lagi menjadi separoh kelas, seperempat kelas, per dua bangku, akhirnya perorangan, kembali dua bangku, seperempat kelas, separoh kelas, dan kembali ke seluruh kelas. Apabila pengenalan huruf tadi sudah lancar, maka guru mulai bisa menugaskan beberapa siswa untuk mengambil huruf-huruf tertentu dari kartu-kartu huruf yang tersedia. Biarkan siswa mengenal huruf-huruf itu tanpa makna karena tujuannya adalah mengenal dan memahami huruf (abjad). Lakukan kegiatan ini berulang-ulang sehingga siswa benar-benar mengenal dan memahami huruf-huruf itu.  Selanjutnya, kegiatan dapat ditingkatkan dengan membentuk kata. Pilih beberapa konsonan dan vokal, yang apabila digabungkan bisa menjadi kata yang bermakna. Misalnya: m a m a. Tempel atau tulis huruf m-a-m-a di papan tulis. Tunjukkan kepada siswa bahwa kata itu dibaca mama. Kemudian tanyakan kepada siswa kata mama itu terdiri dari huruf apa saja, dan arahkan agar siswa dapat menyimpulkan sendiri bahwa apabila huruf m digabung dengan huruf a dibaca ma. Berikan contoh yang lain, misalnya: papa, nana, tata, dan lain-lain. Begitu seterusnya, guru mulai menggabung-gabungkan konsonan dengan vokal, sehingga seluruh vokal (a, e, i, o, u) bisa digunakan. Namun untuk konsonan tidak perlu diberikan semua. Huruf x dan z lebih baik diberikan belakangan. Setelah siswa bisa membaca gabungan dua huruf konsonan-vokal, susunan bisa diganti menjadi vokal-konsonan. Misalnya: am, an, as, dan lain-lain. Setelah ini baru bisa dilanjutkan dengan tiga huruf (konsonan-vokal-konsonan). Misalnya: man, dan, bas, dan lain-lain.

belajar dengan bernyanyi


  • belajar bernyanyi
ayo bernyanyi dengan riang gembira
peganglah bagian tubuh yang dinyanyikan
dua mata saya
dua mata saya
hidung saya satu
dua kaki saya
pakai sepatu baru
dua telinga saya
yang kiri dan kanan
satu mulut saya
tidak berhenti makan

membaca nyaring


1.     1.  Membaca dengan nyaring
kamu tentu senang membaca
bagaimana cara membaca nyaring
sekarang kamu akan menemukan jawabannya
a sakit gigi
tedi tidak masuk sekola
tedi sakit gigi
tedi meringgis kesakitan
ibu membawa tedi ke dokter
dokter memeriksa gigi tedi
gigi tedi tampak bolong bolong
dokter memberi obat kepada tedi
di sekolah tedi suka membeli permen
tedi juga suka membeli cokelat
tedi juga malas menggosok gigi
dokter memberi tahu tedi
sekarang tedi pun mengerti
ia berjanji untuk selalu merawat gigi

jenis - jenis membaca


D.Jenis Membaca
Jenis-jenis membaca ditinjau dari segi bersuara terbagi menjadi membaca bersuara dan membaca tidak bersuara. 
1)    Membaca Bersuara
Membaca bersuara adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama orang lain.
Jenis membaca itu mencakup:
a)    Membaca nyaring dan keras
b)    Membaca teknik
c)    Membaca indah
2)    Membaca tidak bersuara (dalam hati)
Membaca tidak bersuara adalah aktivitas membaca dengan mengandalkan ingatan visual yang disebut membaca dalam hati, yang meliputi:
a)    Membaca teliti
b)    Membaca pemahaman
c)    Membaca ide
d)    Membaca kritis
e)    Membaca telaah bahasa
f)     Membaca skimming (sekilas)
g)     Membaca cepat